Sebuah Refleksi Diri

Friday, December 09, 2005

Kekuatan Doa


Sebuah kawat konduktor (antena) dapat meradiasikan gelombang elektromagnetik karena adanya perubahan arus terhadap waktu (time varying). Arus terjadi karena adanya perubahan muatan terhadap waktu. Jadi, arus tidak akan terjadi jika muatan tersebut diam, dan tidak akan terjadi radiasi gelombang elektromagnetik pada antena jika arusnya konstan. Dalam hal ini berlaku hukum sebab akibat (kausalitas).

Salah satu sebab yang terjadi pada manusia adalah karena doa. Namun ada segolongan orang yang beranggapan bahwa jika sesuatu yang diminta seseorang dalam doa sudah ditakdirkan terjadi, maka sesuatu itu akan terjadi, baik orang itu berdoa maupun tidak. Jika sesuatu itu ditakdirkan tidak terjadi, maka sesuatu itu tidak akan terjadi baik diminta maupun tidak. Menurut mereka sah – sah saja meninggalkan doa, karena tidak ada gunanya berdoa. Hal ini merupakan kontradiksi, sebab jika kita menerima asumsi mereka, maka kita harus meninggalkan semua usaha yang bersifat kausalitas yang dilakukan manusia.

Lantas apakah pemikiran orang seperti ini masuk akal dan manusiawi? Bahkan binatang bodoh sekalipun dibekali fitrah untuk melakukan tindakan kausalitas (melakukan usaha sebab akibat) untuk menjaga keberlangsungan organismenya.

Menurut mereka doa tidak akan berpengaruh sedikit pun terhadap terjadinya sesuatu. Kaitan antara doa dan terjadinya sesuatu yang diminta dalam doa seperti kaitan dengan suatu benda yang diam tak bergerak. Jika seseorang terpenuhi apa yang diinginkannya, maka doa yang ia lakukan hanya merupakan tanda atau isyarat bahwa apa yang diinginkannya telah terjadi. Seperti halnya dengan ketaatan yang dibalas dengan pahala atau kekafiran dan maksiat yang dibalas dengan siksa. Ia hanya semata – mata tanda terjadinya pahala atau siksa, ia hanya sebab. Seperti juga halnya jika seseorang membakar, maka akan terbakar. Atau memecah kaca, maka akan pecah. Semua itu hanya semata – mata sebab dan hanya kaitan lazim, bukan pengaruh kausalitas.

Paham ini bertentangan dengan pengetahuan indrawi, logika akal sehat, syariat, naluri fitrah, dan semua golongan orang – orang yang berakal.

Jawaban yang benar atas permasalahan di atas adalah sebagai berikut. Sesuatu yang ditakdirkan terjadi adalah karena sebab. Sebab itu adalah doa. Jadi, takdir terjadi tidak semata – mata berdiri sendiri tanpa sebab. Selagi seorang hamba melakukan sebab, maka sesuatu tersebut dapat terjadi. Jika seseorang tidak melakukan sebab, maka sesuatu itu tidak akan terjadi.

Sebagaimana takdir terjadinya rasa kenyang dan hilangnya dahaga karena sebab makan dan minum, atau takdir tumbuhnya tanaman karena sebab biji yang ditanam, atau takdir matinya hewan karena disembelih.

Demikian juga takdir masuk surga adalah karena amal saleh atau masuk neraka karena maksiat. Jadi, doa merupakan sebab yang paling kuat terhadap terjadinya sesuatu. Karena itu tidak sah jika dikatakan, “Tidak ada gunanya berdoa”. Sebagaimana tidak sah juga dikatakan, “Tidak ada gunanya makan dan minum serta semua aktivitas gerak manusia.”

Tidak ada sebab yang kekuatannya melebihi kekuatan doa. Karena itu para sahabat --yang merupakan orang yang paling tahu tentang Allah san rasul-Nya dan paling paham dalam urusan agama-- mereka adalah orang yang paling konsisten dalam melakukan sebab ini dengan memperhatikan syarat dan tata cara dalam berdoa dibanding dengan lainnya.




0 Comments:

Post a Comment

<< Home


 

Sejak 13 Februari 2006, Anda pengunjung ke: