Sebuah Refleksi Diri

Saturday, June 06, 2009

Rujak Bebek (baca: beubeuk)

Sudah lama tidak merasakan rasanya rujak bebek (baca:beubeuk), terakhir kali makan rujak bebek mungkin sekitar 15 tahun yang lalu. Waktu itu saya biasa beli di jakarta ketika musim liburan tiba. Ternyata sensasi rasanya masih sama dengan terakhir kali saya menikmatinya, harganya saja yang sudah berubah (ya iya lah, inflasi aja udah berapa persen). Penyajiannya juga cukup khas yaitu menggunakan daun pisang dan "sendok"nya juga dari daun pisang. Tapi yang saya beli tadi tempatnya bukan dari daun pisang, tapi kertas yang biasanya untuk tempat kue. Namun "sendok"nya masih menggunakan daun pisang. Ketika penjualnya bilang "Pedes apa nggak?" saya jawab "Sedang saja." Tapi ternyata dikasih satu buah cabe yang ukurannya lumayan besar dan benar saja rujaknya jadi pedas. Mungkin harusnya bilang "Nggak pedes" saja karena kadar pedes menurut saya dengan si penjual rujak sepertinya berbeda. Tapi tidak apa-apa setidaknya saya bisa merasakan rujak bebek yang sudah sekian lama tidak merasakannya. Hmmm yummy...

2 Comments:

  • kalo Iya beli rujak bebek (bukan bẻbẻk ya)...biasanya suka dicuci dulu tempatnya ato ga minimal dibikin setelah yg sebelumnya itu ga pedas jadi udah sama sekali ga pedas hehe

    By Blogger IYA, at June 11, 2009 2:02 PM  

  • emang iya ga suka pedes ya? ;p. Nulisnya "bebek" Tom, gak pake "u" karena dibacanya spt huruf e dalam "seger" bukan "peuyeum". Hehehe pelajaran bhs Sunda nih, siapa tau kmu dapetin cw Sunda ;;)

    By Blogger Rince, at June 24, 2009 1:34 PM  

Post a Comment

<< Home


 

Sejak 13 Februari 2006, Anda pengunjung ke: