Kecewa (lagi)
Hari Kamis, tanggal 13 Desember 2007 kemarin saya (baca: tim antenna UWB) mendapat undangan dari ditjen postel untuk mempresentasikan hasil penelitian kami selama 4 bulan terakhir di hotel Salak, Bogor. Dari semua peserta rapat yang hadir, sepertinya saya yang paling muda yang memberikan presentasi. Sebagian besar yang hadir adalah dosen dan peneliti dari beberapa lembaga seperti LIPI, dan PT. INTI. Saya terpaksa yang presentasi di sana karena peneliti utama kami tidak bisa hadir. Sempat merasa deg-degan juga sebelum maju untuk presentasi, karena sebelumnya belum pernah saya presentasi di depan para pejabat dan orang-orang penting lainnya. Terakhir presentasi di depan orang banyak ketika konferensi internasional TSSA tanggal 6-7 Desember 2007. Namun setelah maju dan mulai presentasi semuanya jadi biasa-biasa saja. Apalagi ketika masuk sesi tanya jawab, pertanyaannya tidak lebih sulit dari pertanyaan siding tugas akhir *hehehe…*.
Namun demikian ada kekecewaan yang muncul dari pelaksanaan acara itu. Sebelum acara selesai kami sempat dijanjikan oleh salah satu staf ditjen postel yang mengatakan bahwa honor dan SPJ akan dibayarkan pada hari itu juga. Akhirnya kami yang mendapat giliran presentasi sesi pertama (pkl 10.00 – 12.00) rela menunggu hingga berakhirnya acara pada sore hari. Setelah ditunggu hingga sore hari ternyata apa yang kami harapkan tak kunjung dating. Mereka kembali bilang bahwa nanti honor dan SPJ-nya akan dikirimkan ke masing-masing orang. Padahal seandainya diberitahu sejak awal bahwa demikian kami tidak akan menunggu hingga sore hari. Setelah selesai presentasi dan mengisi beberapa form isian, kami bisa langsung kembali ke Bandung.
Kekecewaan ini merupakan bukan yang pertama, tetapi sudah untuk yang kesekian kalinya. Beberapa hal yang membuat kami kecewa terhadap ditjen postel:
1. Di proposal terdapat biaya untuk membeli bahan habis pakai dan ATK. Namun setelah proposal disetujui, biaya untuk membeli bahan habis pakai dan ATK diubah tidak lagi sama dengan yang ada di proposal tetapi di pukul rata masing-masing Rp 5 juta rupiah. Memahami akan kondisi keuangan Negara, akhirnya kami semua setuju.
2. Pada tanggal 15 November 2007, kami mendapat undangan untuk hadir ke Jakarta untuk menyampaikan laporan dan berkas-berkas untuk penagihan honor dan sebagainya. Pada saat itu kami diberitahu lagi bahwa biaya bahan habis pakai dan ATK tidak dapat diklaim lagi lagi mereka sudah tidak memiliki dana. Kata mereka dananya sudah banyak tersalurkan untuk program top down, sedangkan penelitian kami ini adalah yang bottom up.
3. Urusan administrasinya berbelit-belit dan tidak jelas. Mungkin karena mereka belum punya banyak pengalaman untuk urusan riset. Tahun ini merupakan tahun pertama ditjen postel memberikan dana penelitian.
Melihat kondisi seperti ini saya merasa prihatin. Wajar saja jika penelitian di Indonesia tidak dapat berjalan dengan baik. Orang-orang yang memiliki kekuasaan untuk mengelola dana penelitian ternyata belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal seperti ini juga terjadi pada KNRT dan bahkan di ITB sendiri. Semoga ke depannya lembaga itu diisi oleh orang-orang yang berkompeten sehingga penelitian di Indonesia akan semakin maju.
Labels: curhat
1 Comments:
kacian deh lu!!!
birokrasi kompleks, hehehe....
kill 'em all!!!
mo jadi peneliti di lembaga riset negara, kok cuma dikasih gaji Rp.960rb (80% gaji pokok selama CPNS), gimana mo bisa mikir, wong beli asupan yg mengandung AA dan DHA aja ga bisa, hahaha....
tetap semangat kawan, ramaikan dunia riset Endonesah!!
By Anonymous, at December 18, 2007 5:08 PM
Post a Comment
<< Home