Sebuah Refleksi Diri

Monday, May 22, 2006

Bandung Lautan Sampah

Judul di atas mungkin agak berlebihan. Namun jika melihat kondisi kota Bandung saat ini yang dipenuhi oleh tumpukan sampah di sudut – sudut kota, pernyataan tersebut mungkin tidak terlalu berlebihan. Sejak ditutupnya tempat pembuangan akhir (TPA) Leuwi Gajah pada tahun 2005 karena longsor yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, kota Bandung hingga saat ini belum memiliki TPA. Akibatnya sampah – sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota Bandung menumpuk di tempat pembuangan sementara (TPS), seperti TPS di jalan Taman Sari dekat kebun binantang, yang kondisinya sangat memprihatinkan. Tumpukan sampahnya bahkan sampai memenuhi badan jalan sehingga dapat menimbulkan kemacetan dan bau busuk yang menyengat hingga radius 20 m.

Kondisi seperti ini membuat kota Bandung menjadi tidak nyaman lagi. Slogan kota Bandung BERMARTABAT (Bersih, Makmur, Tertib, Bersahabat) mungkin hanya slogan semata, karena pada kenyataannya tidak demikian. Untuk mengatasi masalah sampah saja pemerintah kot Bandung sepertinya tidak sanggup. Permasalahan sampah di kota Bandung sebenarnya sudah sering dikeluhkan oleh warga kota Bandung. Namun belum ada tindakan yang berarti dari pemerintah kota Bandung. Jika mengatasi masalah sampah saja tidak sanggup bagaimana mengatasi masalah lainnya?

Jika urusan sampah seperti ditanggapi “biasa - biasa” saja oleh pemerintah kota Bandung, namun untuk urusan izin pendirian factory outlet (FO) yang menjamur di kota Bandung terutama di kawasan Dago dan pemberian izin trayek angkutan kota (angkot), sepertinya pemerintah kota Bandung mudah sekali untuk mengeluarkan izinnya. Padahal semakin banyaknya jumlah FO dan angkot di Bandung merupakan factor yang menyebabkan kemacetan terutama pada setiap akhir pecan dan hari libur. Adanya FO dan angkot tidak selamanya berakibat buruk, bahkan dapat meningkatkan perekonomian warga Bandung. Namun jika jumlahnya makin banyak dan tidak terkendali akan dapat mengakibatkan masalah lain.

Kembali ke masalah sampah di kota Bandung, beberapa hari yang lalu para mahasiswa/i dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) sempat melakukan peragaan busana di sekitar TPS yang terletak di jalan Taman Sari. Bahkan ada gaun yang dirancang khusus dari bahan Koran bekas, bamboo, dan kain – kain dari tempat sampah. Pertunjukan ini tentu bukan fashion show layaknya peragawati di catwalk, namun sebagai wujud keprihatinan mereka terhadap kondisi yang terjadi di kota Bandung saat ini. Bandung yang dikenal sebagai salah satu barometer mode di Indonesia kini menjadi “kota sampah”.

Kondisi kota Bandung yang dipenuhi sampah membuat presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) prihatin. Hal ini diketahui secara langsung oleh beliau ketika beliau berkunjung ke Bandung dalam rangka memenuhi undangan Aa Gym menghadiri acara lari 10 km yang diselengarakan oleh Gema Nusa bertepatan dengan peringatan hari kebangkitan nasional tanggal 20 Mei. Presiden SBY memberi ultimatum kepada wali kota Bandung, Dada Rosada, untuk mengatasi masalah bau sampah yang menyengat. Dengan adanya ultimatum dari RI 1 tersebut semoga membuat pemerintah kota Bandung segera menyelesaikan masalah sampah yang sangat mengganggu warga Bandung dan sekitarnya. Jika ultimatum tersebut dianggap angin lalu saja, apakah presiden harus turun tangan langsung untuk mengatasinya, seperti kata presiden “masa hanya masalah sampah saja sampai presiden yang mengambil alih?” Menurut presiden jika masalah sampah ini tidak teratasi, yang malu bukan hanya Bandung, kita semua yang malu. Semoga bapak wali kota Bandung segera merealisasikan ultimatum dari presiden, sehingga sampah dan bau busuk bisa hilang dari kota Bandung tercinta ini.

1 Comments:

Post a Comment

<< Home


 

Sejak 13 Februari 2006, Anda pengunjung ke: