Sebuah Refleksi Diri

Monday, June 26, 2006

Sebuah Keputusan Besar Itu

Hari minggu kemarin, saya pergi untuk mencari toko yang menjual suatu benda. Saya pergi menyusuri jalan Dr. Setiabudi hingga ke jalan Cihampelas -untuk mencari toko yang dimaksud- hingga akhirnya berhenti di sebuah mall yang bernuansa ruang terbuka. Di sana saya menemukan sebuah toko yang saya cari namun ternyata benda yang saya cari tidak saya temukan. Karena perut sudah terasa lapar dan sudah cukup lama juga saya tidak makan gado – gado di sebuah kantin yang terletak di jalan Gelap Nyawang, saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke kantin tersebut.

Tiba di kantin, saya langsung memesan gado – gado. Sambil menunggu pesanan, saya memperhatikan keadaan orang – orang di sekeliling saya. Saya melihat sepasang lelaki dan perempuan duduk bersebelahan di sudut kantin. Yang perempuan menggunakan pakaian sopan yang menutup aurat. Saya pikir mereka berdua adalah hanya teman biasa yang sedang makan bersama di kantin tersebut. Tak lama kemudian seorang pelayan kantin mengantarkan gado – gado pesanan saya. Setelah itu saya tidak mempehatikan mereka lagi karena saya sedang asyik menikmati gado – gado.

Ternyata dugaan awal saya sepertinya salah, bahwa mereka adalah teman biasa. Dugaan saya yang kedua adalah bahwa mereka bukanlah sekedar teman biasa namun mereka sepertinya sepasang suami istri. Ya, pasangan muda suami istri. Karena jika dilihat dari umurnya antara 23 – 25 tahun. Saya menduga bahwa mereka adalah sepasang suami istri karena setelah selesai makan di kantin tersebut mereka pulang bersama berboncengan menggunakan sepeda motor. Tampak sekali kemesraan di antara mereka. Dan sepertinya kemesraan itu tidak mungkin terjadi seandainya mereka bukan pasangan suami istri. Itulah sebabnya kenapa saya sampai berani menyimpulkan jika mereka adalah pasangan suami istri.

Mungkin mereka adalah salah satu contoh pasangan muda yang telah mengikrarkan untuk hidup bersama dalam sebuah keluarga. Ketika seseorang mengambil keputusan untuk menikah pada dasarnya dia telah mengambil sebuah keputusan besar. Ya, sebuah keputusan besar karena pernikahan bukan sekedar untuk hidup bersama sebagai suami istri selama 1 hari, 1 bulan, maupun 1 tahun. Namun dengan pernikahan kita akan hidup bersama pasangan hidup kita untuk masa yang lama. Jika kita salah dalam mengambil keputusan besar tersebut, maksud saya salah dalam memilih pasangan, maka penyesalannya juga akan selama itu juga. Meskipun proses ijab qobul –yang sebelumnya melalui proses khitbah- berlangsung hanya dalam hitungan menit, namun tanggung jawabnya adalah seumur hidup.

Namun demikian saya sangat menghargai orang yang telah “berani” untuk mengambil keputusan besar tersebut. Menggenapkan separuh agamanya dan hidup bersama sebagai pasangan suami istri. Memang belum semua orang bisa mengambil keputusan besar tersebut. Mungkin dengan berbagai pertimbangan dia menunda untuk melaksanakan pernikahan. Secara fisik tentu saja sudah siap namun dari segi finansial dan mental mungkin belum siap. Karena untuk menikah saat ini tidak cukup hanya dengan modal cinta saja. Tidak dapat dipungkiri bahwa finansial merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan sebelum menuju ke jenjang pernikahan, meskipun Allah telah menjamin bahwa Dia akan memberikan rezeki dari arah yang tidak terduga kepada pasangan yang memutuskan untuk menikah jika mereka mau berusaha.

Begitu banyak keutamaan menikah seperti menggenapkan separuh agama Allah, mengikuti sunnah rosul, dan menciptakan sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Dari pernikahan dapat dihasilkan generasi – generasi penerus yang akan menegakkan kemuliaan agama Allah di muka bumi ini. Yang akan meneriakkan kebesaran-Nya di segala penjuru. Tanpa dilandasi oleh sebuah ikatan pernikahan mustahil akan dihasilkan pemuda – pemudi sebagai generasi penerus yang tangguh dan siap berkorban demi tegakknya agama Allah di dunia.

Untuk menghasilkan generasi penerus seperti itu tentu diperlukan orang tua yang memiliki visi dan misi serupa. Karena pendidikan awal bagi seorang anak –sebelum mereka masuk jenjang sekolah- adalah keluarga. Keluarga adalah tempat untuk membentuk karakter dasar seorang anak. Dan yang paling berperan dalam hal ini adalah peran seorang ibu. Semua orang tahu bahwa peran seorang ibu sangat besar dalam proses perkembangan jiwa seorang anak. Meskipun peran utama seorang ayah adalah mencari nafkah untuk keluarga, namun perannya juga tidak bisa diabaikan. Sosok seorang ayah tetap diperlukan dalam pembentukan kepribadian seorang anak.

Itulah sebabnya di atas saya telah mengatakan bahwa kita harus hati – hati sebelum memutuskan untuk berumah tangga. Jangan sampai kita seperti memilih kucing dalam karung. Semuanya harus dengan pertimbangan yang matang. Jika kita salah dalam mengambil keputusan, cita – cita berumah tangga seperti yang saya sebutkan di atas akan sulit terwujud.

Allah maha mengetahui apa – apa saja yang terbaik bagi hamba-Nya. Semoga kita diberikan yang terbaik. Ya Allah, jika dia memang yang terbaik untukku menurut kehendak-Mu, maka dekatkanlah kepadaku dan mudahkanlah segala urusanku dengannya. Jika dia bukan yang terbaik untukku, maka jauhkanlah dia dariku dengan baik – baik dan tunjukkan kepadaku yang lebih baik darinya.

ps: Selamat untuk rekan – rekan yang akan menikah dalam waktu dekat ini. Semoga selalu diberi keberkahan dari Allah dan menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah serta diberi keturunan yang sholeh dan sholehah. Dan yang belum -termasuk saya- semoga segera “menyusul” kalian semua yang telah menikah lebih dahulu.

Labels:

2 Comments:

  • Membaca apa yang Anda tulis, saya merasa bahwa Anda sebenarnya "cemburu" dalam arti Anda sebenarnya ingin seperti mereka, tetapi Anda belum bisa. Tulisan Anda juga mengisyaratkan bahwa Anda juga telah memiliki seseorang yang ingin Anda pinang. Jangan takut, saudaraku.... pinanglah wanita itu. Jika Alloh telah menjamin maka itulah jaminan Alloh, dan jaminan manakah yang tidak ditepati oleh Alloh?

    Bidadariku...
    Aku tak tahu namamu
    Aku tak pernah melihat cantik dirimu
    Tapi
    Aku cinta padamu

    Bidadariku...
    Aku melihat dalam dirimu
    Sentuhan surga
    Membuatku mabuk
    Membuatku semakin merindukanmu

    By Anonymous Anonymous, at July 07, 2006 2:09 PM  

  • @anonymous
    puisinya bagus juga ;;)
    anyway, thanks for your good advise

    By Blogger frequenzy, at July 07, 2006 5:41 PM  

Post a Comment

<< Home


 

Sejak 13 Februari 2006, Anda pengunjung ke: