Sebuah Refleksi Diri

Saturday, April 21, 2007

21 April

Tadi pagi ketika saya akan berangkat menuju ke sabuga untuk joging, saya ketemu dengan anak-anak TK yang memakai baju kebaya. Beberapa saat setelah itu saya baru sadar kalau hari ini tanggal 21 April, yang biasa kita peringati sebagai hari Kartini.

Kejadian ini mengingatkan saya pada masa sekolah dahulu. Setiap tanggal 21 April, untuk memperingati hari Kartini, di sekolah selalu diadakan beberapa perlombaan, seperti lomba memakai baju kebaya, lomba memasak, dan lain sebagainya. Lomba tersebut biasanya yang berhubungan dengan kegiatan perempuan sehari-hari. Lucu saja jika ingat masa sekolah dulu.

Tentu saja untuk memperingati hari Kartini tidak hanya dilakukan dengan ritual perlombaan seperti di atas. Tetapi dengan memperingati hari Kartini, diharapkan para perempuan Indonesia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dilakukan Kartini pada masa itu. Kartini telah menyuarakan emansipasi wanita pada waktu itu, namun bukan emansipasi kebablasan seperti yang sekarang terjadi. Saya tidak akan membicarakan emansipasi kebablasan tersebut dalam tulisan ini. Jika dibahas mungkin akan cukup panjang ceritanya.

Sebagai manusia dia tidak bisa melawan kodratnya sebagai perempuan. Dimana pun dia berada, dia tetaplah seorang perempuan yang mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana hak dan kewajiban seorang laki-laki. Mungkin istilah hak dan kewajiban disini lebih tepat jika diterapkan untuk perempuan dan laki-laki yang sudah menikah, karena jika diterapkan untuk mereka yang belum menikah maka maknanya akan berbeda.

Saat ini banyak sekali perempuan yang bekerja di luar rumah, padahal sang suami masih mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Tentu saja seorang istri yang memutuskan untuk tetap bekerja harus dengan ijin suami. Memang alasan seorang istri untuk bekerja berbeda-beda. Jika alasannya hanya untuk mencari uang, apakah alasan ini cukup kuat sedangkan sang suami masih mampu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya? Jika alasannya ingin mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki -mungkin ini termasuk salah satu yang saya maksudkan dengan emansipasi yang telah kebablasan tadi- untuk diperbolehkan bekerja, saya rasa ini juga kurang kuat. Untuk apa mengumpulkan banyak harta jika akhirnya rumah tangganya tidak terurus. Anak-anaknya lebih banyak berinteraksi dengan baby sitter daripada ibunya. Begitu juga sang suami jarang dilayani ketika berada di rumah.

Perempuan-perempuan sekarang memang lebih cerdas daripada perempuan jaman dahulu. Namun kodratnya sebagai perempuan tidak akan pernah hilang sampai kapan pun. Jika perempuan tetap ingin bekerja, sebaiknya bekerja tidak hanya untuk mengejar materi tetapi lebih untuk memberikan manfaat kepada lingkungannya berdasarkan ilmu yang dimiliknya. Namun tanggung jawabnya di rumah tangga tetap harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home


 

Sejak 13 Februari 2006, Anda pengunjung ke: