Sebuah Refleksi Diri

Tuesday, July 11, 2006

Sebuah Penantian

Menunggu merupakan perbuatan yang sangat membosankan. Seringkali menunggu membuat kita stress, panik, dan melelahkan seperti menunggu kereta api -sudah jadi rahasia umum jika kereta api di Indonesia sering terlambat-, menunggu bus atau angkot ketika akan berangkat ke kampus atau ke tempat kerja karena takut terlambat tiba di tempat tujuan.

Menunggu juga dapat membuat perasaan kita cemas dan khawatir seperti ketika menunggu pengumuman kelulusan UN (ujian nasional) atau menunggu pengumunan kelulusan SPMB. Perasaan serupa juga pasti dirasakan oleh seorang suami ketika menunggu kelahiran anak pertamanya.

Namun kadang kita dihadapkan pada situasi tersebut. Namun bukan menunggu sesuatu seperti yang diceritakan di atas. Menunggu disini mungkin lebih tepat disebut menanti. Meskipun memiliki arti yang sama, namun menggunakan kata menanti lebih tepat dalam hal ini.

Merupakan fitrah manusia bahwa suatu saat akan muncul suatu perasaan dimana kita tertarik pada lawan jenis. Jika masa itu telah tiba, maka babak baru hidup seseorang akan dimulai. Ketertarikan disini tentunya tidak didasarkan hanya pada nafsu semata. Namun semangat untuk mendapatkan pasangan hidup. Dan tentunya dalam proses untuk mendapatkan pasangan hidup tersebut harus dilakukan dengan cara yang benar dengan tidak melanggar batas – batas yang telah disyariatkan oleh agama. Namun ketika sebuah ikatan halal untuk hubungan lawan jenis belum bisa terwujud karena sesuatu hal, maka sebaiknya kita bersabar dan menunggu hingga tiba masanya. Tidak ada cara lain selain itu. Rosulullah dalam sebuah riwayatnya berpesan kepada kita; "Wahai para pemuda! Menikahlah, jika kamu mampu, karena dengan menikah akan lebih menundukan pandangan, dan menjaga kemaluan. Jika kamu tidak mampu, berpuasalah, karena puasa adalah penahan untuknya (syahwat)."(Hadist riwayat Bukhari Muslim)

Aku sendiri termasuk orang yang benci dengan proses menunggu, karena melelahkan dan membosankan. Namun untuk yang satu ini aku bersedia *insyaAllah* menantinya hingga tiba waktu yang tepat. Ya, menunggu seorang bidadari. Bidadari cantik yang sekarang entah berada dimana. Bidadari yang jika kita berada didekatnya akan merasakan kedamaian. Dengan senyumnya akan membuat dunia ini ikut bahagia. Menantinya membuat hati ini dipenuhi dengan berbagai perasaan yang campur aduk menjadi satu. Antara senang dan jemu. Antara benci dan rindu. Antara sedih dan bahagia. Juga disertai perasaan cemas dan khawatir karena belum ada kepastian. Di dunia ini memang tidak ada yang pasti. Semuanya begitu relative dan hanya tentang peluang dan probabilitas. Proses yang dapat kita lakukan hanya bagaimana membuat peluang dan probabilitas kita menjadi lebih besar. Selain itu kita tetap harus berdoa memohon kepada-Nya. Takkan lari gunung dikejar. Seperti salah satu bait dari sebuah lagu lawas yang berjudul OYA ciptaan K3S “Kalau jodoh takkan lari kemana.

Menunggu disini bukanlah menunggu pasif, seperti menunggu jatuhnya emas dari langit. Namun menunggu disini adalah menunggu aktif. Meskipun menunggu namun tetap berikhtiar untuk mendapatkannya. Meskipun jodoh merupakan ketetapan Allah, namun kita harus wajib berusaha untuk menjemputnya. Seperti rezeki, setiap orang sudah mempunyai kadarnya masing – masing. Kita tinggal menjemputnya. Namun jika kita bermalas – malasan maka rezeki tersebut tidak akan datang dengan sendirinya. Kita harus tetap berusaha untuk mencarinya yang disertai dengan doa. Karena dalam hidup ini berlaku hukum sebab akibat (kausalitas). Setiap akibat yang terjadi pada diri kita pasti ada penyebab sebelumnya. Seperti kita kenyang karena makan. Seandainya kita tidak makan maka kita tidak akan merasakan kenyang. Meskipun demikian ketetapan tertinggi tetap milik Allah, karena Allah yang mempunyai hak prerogative terhadap setiap makhluknya. Meskipun kita telah berusaha tetapi hasilnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan, itu berarti Allah memiliki ketetapan lain kepada kita. Dan itulah yang dinamakan dengan takdir. Sebagai seorang muslim kita wajib percaya terhadap takdir Allah.

Hidup ini hanya sekali. Dan sebagian besar hidup kita ini mungkin akan kita lewati bersama pasangan hidup kita. Aku berprinsip bahwa daripada mendapatkan yang biasa – biasa saja, lebih baik menunggu untuk mendapatkan yang lebih baik. Karena aku percaya bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi hambanya.

Labels:

5 Comments:

Post a Comment

<< Home


 

Sejak 13 Februari 2006, Anda pengunjung ke: