Sebuah Refleksi Diri

Friday, April 27, 2007

Calon Istri Seorang Lelaki

Seorang teman pernah mengatakan, kriteria calon isterinya: shalihah, cerdas, kaya dan cantik. Sebuah hadist juga mengemukakan, seorang perempuan dipinang karena kecantikannya, hartanya dan keturunannya. Tapi pinanglah perempuan karena keshalihannya. Itu yang utama. Saya sepakat dengan hadist tersebut. Perempuan yang shalihah, insya Allah cerdas. Ketika seorang perempuan cerdas, harta bisa dicari. Bila harta sudah di tangan, kecantikan bisa dibeli. Pilih satu, dapat tiga.

Namun, bila kita tinjau ulang, pemikiran akan kriteria calon isteri tersebut cenderung egois. Tidak memandang dari banyak sisi. Hanya memandang pernikahan dari segi manfaat untuk diri sendiri. Tidak untuk keluarga, sahabat dan lingkungan sekitar. Padahal menikah adalah penyatuan dua organisasi besar; keluarga, membentuk organisasi baru. Banyak pihak yang bisa terpengaruh dan mempengaruhi pra dan pasca pernikahan.

Jika kita berkaca, mengevaluasi, melihat, mencari kelebihan dan kekurangan diri, niscaya kita akan menemukan berbagai fakta; kita juga punya banyak kekurangan. Lalu, pantaskan bersibuk ria dengan segala macam kriteria? Sedang diri sendiri mungkin tak bisa memenuhi segala kriteria impian oleh calon pasangan. Seseorang berharap mendapat perempuan shalihah, namun apakah dia cukup shalih untuk berdampingan dengan perempuan shalihah. Ia ingin perempuan cerdas, tapi apakah ia cukup cerdas untuk mengimbangi kecerdasannya? Ia ingin perempuan berharta, tapi seberapa banyak harta yang dapat dia berikan, untuk ‘membeli’ sang calon dari ayah-bundanya. Dan ketika ia ingin perempuan cantik, apakah ia sendiri cukup gagah, tidak jomplang, saat bersisian dengannya? Tidakkah keinginan si lelaki terlalu berlebih?

Dari kisah cinta para Nabi, sahabat dan para syuhada, ada sejumlah fakta: tangan Allah selalu bermain. Kisah cinta Muhammad-Khadijah, Yusuf-Zulaikha hanyalah sebagian kecil contoh. Keikhlasan menggenapkan separuh agama pasti akan mendapat anugerah luar biasa; seorang isteri penghuni taman surga. Segala hambatan pernikahan hanyut karena ibadah yang khusu, penghambaan yang sangat padaNya. Manusia hanya berusaha, hasilnya terserah pada Yang Kuasa.


Hendaknya seorang lelaki berusaha melihat dari banyak sisi, ketika datang seorang calon isteri padanya. Segala identitas standar bukan pertimbangan utama. Serahkan saja padaNya. Meminta petunjuk lewat shalat istikharah. Apakah perempuan itu orang yang tepat? Apakah si calon pasangan dunia akhirat? Hanya Allah yang tahu, kan?

Lelaki manapun bisa saja berharap: Semoga calon isteri yang datang padaku adalah perempuan shalihah. Bila belum shalihah, haruslah dia mengajak, meningkatkan pemahaman agama, terus memperbaiki diri. Menghiasi rumah tangga dengan amalan wajib dan sunnah. Menggapai sakinah. Semoga perempuan yang datang padaku cerdas. Jika belum cerdas, mestilah dia yang mengajar dan belajar dari pasangannya. Mencari ilmu baru, terutama ilmu rumah tangga. Tentang harta, boleh saja meminta: datangkanlah padaku calon isteri yang berharta. Tetapi ingatlah, harta adalah cobaan, tak banyak orang yang bisa tetap rendah hati, menunduk-nunduk ketika punya harta. Lagipula harta gampang dicari. Soal kecantikan, wajar lelaki normal ingin mendapatkan isteri cantik. Tetapi bukan hanya cantik lahir, batinnya juga harus cantik. Yang menjadi pertanyaan, standar apakah yang akan digunakan untuk menilai seorang perempuan cantik. Standar dunia atau standar surga? Standar dunia menekankan kecantikan maya. Mengandalkan costmetik. Kecantikan abadi, keindahan hingga akhir hayat dan di akhirat kelak, itulah yang seharusnya dicari. Terserah cantik atau tidak kata dunia, yang penting isteri bisa selalu menarik di mata, di hati. Menjadi telaga sejuk, pohon teduh di terik siang. Standar cantik ini sifatnya personal. Orang lain memandang biasa, tapi luar biasa menurut sang suami.

Perempuan manapun yang datang pada seorang lelaki, sudah sepatutnya ia melepas kacamata kekinian. Menggunakan kacamata masa depan dan kacamata banyak orang untuk menilai. Mungkin banyak keindahan calon pasangan yang sengaja disimpan olehNya. Allah ingin mengujinya, apakah dia cukup shaleh, cukup ikhlas, cukup bersabar untuk mendapatkan pasangan sejati.


Pasti ada keraguan saat menimbang. Maka dari itulah perlunya mengetuk nurani sahabat, saudara, kakak, orang tua, mereka yang lebih berpengalaman. Calon suami dapat bertanya, apakah perempuan begini akan begini-begini? Ia bisa minta tepukan tangan di pundak, pelukan, dan untaian mutiara. Agar sang lelaki yakin, mantap. Semoga setelah itu, dia betul-betul siap, menggenapkan separuh agama, mengapai sakinah. Memberatkan bumi dengan generasi yang menjunjung tinggi kalimat La Illa Ha Illallah.


sumber: eramuslim

Labels:

Saturday, April 21, 2007

21 April

Tadi pagi ketika saya akan berangkat menuju ke sabuga untuk joging, saya ketemu dengan anak-anak TK yang memakai baju kebaya. Beberapa saat setelah itu saya baru sadar kalau hari ini tanggal 21 April, yang biasa kita peringati sebagai hari Kartini.

Kejadian ini mengingatkan saya pada masa sekolah dahulu. Setiap tanggal 21 April, untuk memperingati hari Kartini, di sekolah selalu diadakan beberapa perlombaan, seperti lomba memakai baju kebaya, lomba memasak, dan lain sebagainya. Lomba tersebut biasanya yang berhubungan dengan kegiatan perempuan sehari-hari. Lucu saja jika ingat masa sekolah dulu.

Tentu saja untuk memperingati hari Kartini tidak hanya dilakukan dengan ritual perlombaan seperti di atas. Tetapi dengan memperingati hari Kartini, diharapkan para perempuan Indonesia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dilakukan Kartini pada masa itu. Kartini telah menyuarakan emansipasi wanita pada waktu itu, namun bukan emansipasi kebablasan seperti yang sekarang terjadi. Saya tidak akan membicarakan emansipasi kebablasan tersebut dalam tulisan ini. Jika dibahas mungkin akan cukup panjang ceritanya.

Sebagai manusia dia tidak bisa melawan kodratnya sebagai perempuan. Dimana pun dia berada, dia tetaplah seorang perempuan yang mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana hak dan kewajiban seorang laki-laki. Mungkin istilah hak dan kewajiban disini lebih tepat jika diterapkan untuk perempuan dan laki-laki yang sudah menikah, karena jika diterapkan untuk mereka yang belum menikah maka maknanya akan berbeda.

Saat ini banyak sekali perempuan yang bekerja di luar rumah, padahal sang suami masih mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Tentu saja seorang istri yang memutuskan untuk tetap bekerja harus dengan ijin suami. Memang alasan seorang istri untuk bekerja berbeda-beda. Jika alasannya hanya untuk mencari uang, apakah alasan ini cukup kuat sedangkan sang suami masih mampu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya? Jika alasannya ingin mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki -mungkin ini termasuk salah satu yang saya maksudkan dengan emansipasi yang telah kebablasan tadi- untuk diperbolehkan bekerja, saya rasa ini juga kurang kuat. Untuk apa mengumpulkan banyak harta jika akhirnya rumah tangganya tidak terurus. Anak-anaknya lebih banyak berinteraksi dengan baby sitter daripada ibunya. Begitu juga sang suami jarang dilayani ketika berada di rumah.

Perempuan-perempuan sekarang memang lebih cerdas daripada perempuan jaman dahulu. Namun kodratnya sebagai perempuan tidak akan pernah hilang sampai kapan pun. Jika perempuan tetap ingin bekerja, sebaiknya bekerja tidak hanya untuk mengejar materi tetapi lebih untuk memberikan manfaat kepada lingkungannya berdasarkan ilmu yang dimiliknya. Namun tanggung jawabnya di rumah tangga tetap harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Labels:

Arti Sebuah Nama

Baru saja iseng-iseng saya buka situs ini, kemudian saya ketik nama saya (tommihariyadi) di situ dan muncul seperti ini:

T is for Tame
O is for Overwhelming
M is for Magnificent
M is for Moral
I is for Irresistible
H is for Honorable
A is for Astounding
R is for Remarkable
I is for Industrious
Y is for Young
A is for Alluring
D is for Devilish
I is for Insane

Lumayan juga artinya :D tapi ini cuma sekedar buat rasa ingin tahu saya saja. Sesuai atau tidaknya arti nama dengan diri kita, hanya kita dan Allah yang tahu. Kalau arti nama Anda apa?

Labels:

Wednesday, April 11, 2007

Bukan Hanya Sekedar Mimpi

Beberapa malam terakhir sebelum aku pindahan (lagi), aku mendapatkan sebuah mimpi. Mimpi yang saya harapkan bukan hanya sekedar mimpi, namun bisa menjadi kenyataan. Seandainya itu hanya sekedar mimpi, ingin rasanya kuteruskan mimpi itu dan tak mau aku terbangun olehnya.

Dalam mimpi itu aku merasakan bahwa aku benar-benar menjadi seorang laki-laki yang sesungguhnya. Mungkin juga itu merupakan impian bagi setiap laki-laki. Ketika seorang laki-laki menjadi pelindung bagi orang yang dicintainya. Ketika seorang perempuan merasa nyaman ketika berada di dekatnya. Ketika dia selalu ada pada saat dibutuhkan. Ketika seorang laki-laki bersedia memberikan segalanya demi orang yang disayanginya.

Saat itu dia begitu dekat denganku. Bahkan hal ini belum pernah terbayangkan olehku sebelumnya. Sulit untuk membayangkan apa yang terjadi saat itu. Dia tahu bagaimana memperlakukan seorang laki-laki dengan sewajarnya. Aku pun berusaha untuk memperlakukannya sebagaimana dia ingin diperlakukan olehku. Dia begitu baik dan cerdas. Dia cukup sempurna bagiku.

Aku tak tahu apa makna dari semua itu. Semoga bukan hanya sekedar mimpi belaka. Semoga bukan keinginan alam bawah sadarku saja. Apakah ini petunjuk dari-Mu? Jika memang benar dia ya Allah, maka dekatkanlah. Namun jika bukan dia maka jauhkanlah. Engkau maha mengetahui.

Labels:

Tuesday, April 10, 2007

Parameter Keberhasilan

Beberapa jam sebelum saya pindahan, saya dan teman saya menyempatkan diri untuk bersilaturrahim ke salah seorang tetangga di komplek Salendro Timur. Sebenarnya kami sudah diundang untuk berkunjung ke rumahnya beberapa hari sebelumnya. Karena kesibukan masing-masing kami tidak sempat untuk bersilaturrahim ke rumahnya. Baru ketika kami akan pindahan, mau tidak mau kami usahakan untuk dapat berkunjung ke rumahnya meskipun pekerjaan beres-beres barang belum selesai.

Sebenarnya tujuan kami ke sana adalah disamping untuk bersilaturrahim kami juga sekalian ingin berpamitan dengan beliau. Secara kami sering bertemu dengan beliau setiap selesai sholat berjamaah di masjid terdekat.

Dari obrolan singkat kami di sana, muncul kesimpulan dari kami berdua bahwa salah satu parameter keberhasilan seseorang adalah materi. Berapa gajinya sebulan. Berapa harga rumahnya. Berapa biaya yang dihabiskan untuk membeli perabot rumah. Berapa tagihan telepon sebulan. Berapa biaya hidup sebulan. Dan masih banyak lagi yang semuanya didasarkan pada jumlah materi. Mungkin tidak semua orang beranggapan demikian. Namun pendapat itu merupakan salah satu cermin masyarakat kita saat ini. Wajar jika saat ini banyak masyarakat kita yang berlomba-lomba memperbanyak materi demi mendapatkan status sosial. Bahkan tidak sedikit pula menggunakan cara yang tidak halal untuk memperolehnya.

Bagi saya materi itu memang penting tapi bukan segala-galanya. Dengan materi kita bisa makan. Dengan materi kita bisa membeli pakaian, rumah, kendaraan, sekolah, dan lain sebagainya. Tidak ada salahnya memang memiliki banyak materi. Yang tidak benar menurut saya adalah memandang bahwa materi merupakan satu-satunya parameter keberhasilan seseorang. Jika materinya kurang atau hidupnya pas-pasan dianggap tidak berhasil dan tidak memiliki prestasi. Padahal banyak ilmuwan yang hidupnya pas-pasan namun mereka dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat sekitar.

Seandainya saya memiliki istri salehah seperti kamu saja saya akan sangat bersyukur. Kebahagiaan kadang tidak dapat dibeli dengan materi. Saya yakin dapat membahagiakan kamu kelak jika Allah berkehendak. Saya berusaha selalu ada di saat kamu membutuhkan. Kehadiranmu tidak akan tergantikan oleh siapa pun. Tidak akan saya biarkan siapa pun mengganggumu. Mungkin hanya waktu yang mampu menjawabnya.

Labels:

Monday, April 09, 2007

Pindahan (lagi)

Long weekend sudah berakhir. Sudah saatnya kembali beraktifitas seperti biasanya. Di saat kebanyakan orang memanfaatkan momen tersebut untuk berlibur, saya malah sibuk mengurus pindahan. Acara pindahannya pun mendadak. Akibatnya saya tidak jadi menghadiri acara pernikahan teman saya di Surabaya. Maaf ya Dam, saya tidak bisa hadir. Semoga doa yang saya kirim sampai ke sana. Perubahan terjadi begitu cepat.

Keputusan untuk pindah harus segera saya ambil waktu itu juga sebelum terlambat. Semuanya terjadi di luar kemampuan saya. Kembali ke acara pindahan, ternyata capek juga ngurus pindahan. Dari mulai mencari tempat kos yang baru, mencari mobil sewaan untuk membawa barang, dan beres-beres barang yang akan dibawa. Berhubung barang bawaan saya cukup banyak, beres-beresnya pun baru selesai sekitar jam 3 sore kemarin. Padahal sudah mulai saya cicil dari hari sabtu sebelumnya. Sempat bingung juga memilah-milah mana yang harus dibawa dan mana yang layak untuk dibuang, takut suatu saat masih diperlukan :D

Sejak minggu malam saya sudah tidur di tempat yang baru. Entah sampai kapan saya akan bertahan di tempat yang baru ini.

Labels:

Monday, April 02, 2007

Fiuhhh...

Tidak terasa sudah masuk bulan April saja. Fiuhhh... masih banyak kerjaan yang belum terselesaikan. Banyak kerjaan yang masih tertunda. Target baru pun sudah menunggu di depan mata. Seandainya satu hari lebih dari 24 jam, mungkin semua rencana dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Aku belum bisa memberikan yang terbaik saat ini. Aku masih butuh waktu untuk terus belajar dan tentu saja disertai dengan kerja keras. InsyaAllah semuanya akan terwujud. Nothing is impossible.

Labels:


 

Sejak 13 Februari 2006, Anda pengunjung ke: