Sebuah Refleksi Diri

Friday, April 28, 2006

Qoute of the Month (4)

Love is life. And if you miss love, you miss life.


-
Leo Buscaglia-

Perpisahan di Hari yang (tidak) Istimewa

Hari ini sebenarnya bukan hari yang terlalu istimewa buat saya. Sama seperti hari - hari biasanya. Mungkin hanya karena kebiasaan saja hari ini menjadi terasa istimewa.

Meskipun tidak terasa istimewa, namun hari ini ada yang berbeda dari hari - hari kemarin. Di kantor ada acara makan bersama. Acaranya berlangsung setelah selesai sholat jumat. Jika baca postingan saya sebelumnya pasti akan tahu acara. Jadi tidak akan saya sebutkan lagi di sini.


Ditengah - tengah acara terdengar suara backsound lagunya Iwan Fals yang berjudul Kemesraan.


Kemesraan ini
Janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini
Inginku kenang selalu

Hatiku damai
Jiwaku tentram di samping mu
Hatiku damai
Jiwa ku tentram
Bersamamu

Dalam acara tersebut beberapa orang dari kami memberikan pesan dan kesan kepada rekan kami yang akan pergi. Begitu juga sebaliknya, beliau memberikan pesan dan kesannya selama beliau bekerja di perusahaan selama lebih dari 10 tahun. Beliau tentu pernah mengalami masa - masa pasang surutnya perusahaan ini. Namun keputusan beliau adalah hak beliau dan hak setiap pegawai di perusahaan ini. Kami hanya bisa berdoa saja.

Memang akan terasa berat jika kita harus melepaskan orang yang begitu dekat dengan kita. Perpisahan memang selalu menyedihkan. Tapi bagaimanapun, suatu saat nanti kita pasti akan berpisah, bahkan dengan orang yang paling kita sayangi di dunia ini sekalipun.


Ps: Terima kasih atas perhatian teman - teman. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian dan mengabulkan doanya.

Information and Communication Technology

Tren teknologi informasi dan komunikasi (ICT) pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu layanan voice dan data. Untuk layanan voice yang saat ini sebagian besar menggunakan PSTN dan telepon seluler (GSM maupun CDMA), tren ke depannya adalah menuju ke teknologi VoIP. Saat ini teknologi VoIP masih diterapkan pada PSTN, meskipun tidak menutup kemungkinan diterapkan juga pada telepon seluler. Saat ini beberapa vendor telekomunikasi sedang melakukan riset tersebut. Untuk layanan data saat ini sebagian besar masih menggunakan jaringan telepon tetap maupun wireless dengan GPRS dan fixed wireless dengan Wi Fi. Tren ke depannya adalah teknologi fixed wireless broadband biasanya disebut dengan WiMAX dimana jangkauan dan kapasitasnya lebih besar daripada Wi Fi. Sedangkan untuk layanan data melalui telepon seluler (mobile), tren kedepannya adalah layanan 3G bahkan bisa dikembangkan lagi menjadi 4G.

Jika mengacu pada tren ICT seperti di atas, maka teknologi ICT yang dapat diterapkan pada negara berkembang adalah –kalau dapat saya katakan- semua tren ICT di atas dapat diterapkan di negara berkembang. Karena pada dasarnya semua teknologi dapat diterapkan dimana saja apalagi teknologi ICT. Hanya saja penerapannya tergantung pada kebijakan pemerintah negara yang bersangkutan dan masyarakatnya. Jika pemerintah tidak (belum) mengizinkan adanya teknologi tersebut, maka teknologi tersebut tidak diterapkan dengan baik. Seperti penggunaan VoIP di Indonesia yang belum mendapat kepastian hukum sehingga penggunaannya masih sedikit bahkan cenderung sembunyi – sembunyi. Hal ini dapat terjadi karena belum adanya regulasi tentang penggunaan teknologi VoIP di Indonesia. Selain VoIP, penerapan teknologi yang belum dapat diwujudkan dengan baik adalah layanan 3G. Sebenarnya baik vendor, operator, dan regulator telah siap untuk meluncurkan teknologi tersebut. Namun melihat kondisi masyarakat bangsa Indonesia seperti sekarang ini –bukannya pesimis- sepertinya tidak (belum) akan berhasil untuk beberapa waktu ke depan. Hal ini dapat dilihat dari contoh kasus MMS. Ketika SMS lintas operator dibuka, jumlah trafik SMS langsung tinggi dan menjadi salah satu pundi – pundi uang bagi operator. Namun hal ini tidak terjadi pada MMS, meskipun MMS lintas operator sudah dibuka. MMS tidak se-booming SMS. Jadi untuk menerapkan sebuah teknologi baru di sebuah negara berkembang harus diperhatikan juga kondisi masyarakatnya.

Manfaat ICT di Indonesia saat ini baru dapat dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di kotakota besar saja. Bahkan untuk masuk ke dunia maya (internet) mereka harus pergi ke warnet –jika tidak mempunyai akses dari rumah- yang waktu aksesnya cukup lama karena bandwidth dibagi – bagi dan harganya lumayan mahal. Untuk beberapa perguruan tinggi negeri seperti ITB misalnya untuk melakukan akses ke internet cukup mudah dengan adanya layanan dari AI3. Namun untuk perguruan tinggi lain belum tentu bernasib sama seperti ITB. Padahal jaringan internet dapat membantu mahasiswa untuk mendapatkan berbagai informasi yang bisa menunjang program belajar mengajar di kampus. Jika di kotakota besar internet sudah dapat diakses dengan mudah, namun hal ini tidak berlaku bagi kota kecil apalagi pedesaan di Indonesia. Ketimpangan ini mungkin yang menyebabkan kotakota kecil maupun pedesaan belum mampu mengikuti kemajuan perkotaan. Padahal teknologi informasi berperan dalam meningkatkan kemajuan masyarakat. Saya belum menemukan sumber yang dapat dipercaya mengenai persentase pengguna layanan internet antara penduduk di kota besar dan penduduk di kota kecil dan pedesaan.

Berbeda dengan layanan internet yang sebagian besar hanya baru bisa dinikmati oleh masyarakat di kotakota besar, layanan telepon khususnya telepon selular saat ini sudah menembus hingga ke pelosok – pelosok desa di Indonesia. Kalau dulu jika kita pergi keluar kota sering tidak mendapatkan sinyal, saat ini sampai ke desa – desa pun sinyalnya masih cukup kuat. Hal ini mungkin disebabkan karena pertumbuhan pelanggan telepon seluler yang sangat cepat sehingga mendorong para operator berani untuk membangun BTSBTS hingga ke desa – desa. Semoga setelah adanya teknologi WiMAX layanan internet bisa masuk desa juga.

Mengingat wilayah Indonesia yang luas, berpenduduk banyak dan sebagian besar masih tinggal di daerah pedesaan, penerapan dan pemerataan penggunaan ICT di Indonesia mutlak diperlukan. Salah satu faktor yang mendorong penggunaan ICT di Indonesia adalah bahwa ICT dapat menjadi katalisator pertumbuhan sosial ekonomi. Apalagi saat ini kondisi perekonomian di Indonesia belum dapat dikatakan baik. Semoga dengan pemanfaatan ICT di Indonesia dapat mempercepat pemulihan perekonomian negara kita.

Jika melihat tren ICT di dunia dan negara berkembang, ICT di Indonesia tidak akan jauh – jauh dari tren ICT di Eropa dan Asia. Penguasaan teknologi yang masih kurang oleh bangsa Indonesia, menyebabkan Indonesia hanya menjadi pasar bagi berbagai produk baru dari negara – negara maju. Indonesia hanya mengikuti tren yang terjadi di negara – negara produsen. Oleh karena itu saya berpendapat bahwa untuk kedepannya ICT di Indonesia akan seperti yang lainnya yaitu VoIP, layanan 3G untuk mobile –ini bisa berkembang menjadi 4G- dan WiMAX untuk fixed wireless broadband.


-dari berbagai sumber-

Labels:

Thursday, April 27, 2006

WaNiTa tentang WaNiTa

Dirimu ingin dimengerti
Namun aku tak dapat mengerti dirimu sepenuhnya

Logikaku tak sanggup memahami dalamnya perasaanmu

Mungkin itu kelemahanku

Terlalu mengandalkan logika dan mengabaikan perasaan

Atau justru perasaan ini yang telah mengalahkan logika?


Dirimu memang misterius

Dirimu memang “aneh”


Bagaimanapun misteriusnya dirimu

Bagaimanapun “aneh”nya dirimu

Naluri lelakiku tetap ada


Aku mencoba menahan diri

Seharusnya aku malu

Perasaanmu lebih dominan daripada akalmu

Namun kau mampu menahannya

Meskipun akalku lebih dominan dari perasaanku

Aku tak mampu menahannya


Maafkanlah aku…

Wednesday, April 26, 2006

Belanja di Pasar Balubur

  1. Air mineral gelas: 1 dus
  2. Sprite 1,5 L: 2 botol
  3. Piring sterofoam: 30 buah
  4. Sendok plastik: 30 buah
  5. Gelas plastik: 30 buah
  6. Tissue: 1 bungkus

Itu merupakan daftar belanja yang harus saya beli. Loh, memangnya untuk apa belanja barang – barang seperti itu? Jadi begini, di kantor tempat saya bekerja ada salah seorang pegawai yang mengundurkan diri. Beliau sudah bekerja lebih dari 10 tahun di perusahaan ini. Sebagai penghargaan atas jasa – jasa beliau bagi perusahaan dan sebagai salam perpisahan, kami dari departemen R & D (departemen beliau bekerja) berencana akan mengadakan pesta kecil – kecilan. Jadi sebenarnya persiapannya cukup singkat karena acaranya akan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 28 April 2006, dan kemarin baru menyusun rencana. Segalanya akan berjalan dengan lebih baik jika direncanakan dengan baik pula.

Untuk persiapannya kami bagi – bagi tugas. Ada yang kebagian membeli nasi tumpeng (dan sejenisnya), ada yang bawa tikar/karpet, ada yang menyiapkan kenang – kenangan, dan saya kebagian untuk membeli barang – barang seperti di atas. Sebenarnya cuma sedikit daftar belanjaannya, dan tidak terlalu sulit untuk mendapatkannya. Tetapi karena waktu belanjanya pada hari kerja, saya harus pergi belanja pagi – pagi sebelum berangkat ke kantor karena kalau belanja setelah pulang kerja sepertinya tokonya sudah tutup.

Kesempatan ini (belanja ke pasar Balubur) saya manfaatkan untuk mengambil ijazah S1 saya di gedung rektorat ITB. Sebenarnya ijazah tersebut sudah bisa diambil sejak bulan Oktober 2005. Namun karena kesibukan saya *halah, sok sibuk kalee*, ijazah tersebut belum saya ambil hingga hari ini. Selain itu dari pihak perusahaan selama ini tidak menanyakan tentang ijazah saya, sehingga saya pun agak setengah hati untuk mengambilnya. Jadi sebelum ke pasar Balubur saya ke rektorat terlebih dahulu untuk mengambil ijazah S1 saya. Konsekuensinya saya bakal terlambat sampai di kantor nih hehehe…

Thursday, April 20, 2006

Memiliki Cinta (InsyaAllah)

Bila Anda jatuh cinta pada seseorang, jangan siksa diri Anda dengan menganggap bahwa cinta Anda ditolak. Cinta itu tak pernah tertolak. Karena, setiap orang senang bahkan butuh dicintai. Wujudkan cinta Anda dengan memberikan cinta terlebih dahulu, bukan mengharap-harap untuk diberi cinta yang akan mendatangkan keresahan di dalam hati. Sebab, apa yang dilontarkan karena cinta selalu kembali pada hati Anda saat itu juga. Kebahagiaan dari memberi jauh lebih paripurna daripada kebahagiaan karena menerima.

Namun, lain halnya bila Anda ingin memiliki sesuatu yang Anda cintai. Keinginan itulah yang menimbulkan pedih yang mengiris-iris. Jangan menambah siksa Anda dengan menginginkan sesuatu. Jangan sia-siakan cinta Anda dengan beban-beban harapan. Keinginan untuk memiliki mungkin saja tertolak. Namun, percayalah cinta Anda yang sesungguhnya takkan pernah kembali dengan tangan kosong.

Kebebasan mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan bukanlah, "Kau bebas berbuat semaumu." Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan.

Monday, April 17, 2006

Rail Trip

Perjalanan ke luar kota menggunakan kereta api selalu menyenangkan bagi saya. Menurut saya kereta api merupakan alat transportasi darat yang paling nyaman dibandingkan dengan alat transportasi darat lainnya. Sejak kecil saya suka sekali naik kereta api jika akan bepergian ke luar kota. Apalagi jika perjalannya pada siang hari, saya bisa melihat pemandangan di kanan dan kiri kereta api berupa hamparan sawah yang sangat indah atau bukit – bukit yang menghijau. Tentu saja ada juga pemukiman kumuh di sekitar rel kereta api, yang membuat pemandangan menjadi tidak indah lagi.

Dalam tulisan ini, saya akan bercerita tentang perjalanan saya menggunakan kereta api ketika pulang ke rumah pada long weekend kemarin. Long weekend kemarin merupakan long weekend ketiga secara berturut-turut, dimulai pada tanggal 30 Maret – 2 April 2006, berikutnya 8 – 10 April 2006, dan terakhir kemarin 14 – 16 April 2006. Berhubung long weekend, -biasanya banyak orang yang pulang juga seperti saya- saya memesan tiket kereta api jauh hari sebelumnya. Khawatir tidak mendapatkan tiket kereta api, saya langsung beli tiket terusan untuk pulang pergi.

Dari Bandung kereta api berangkat tanggal 13 April 2006 pukul 20.10 WIB. Alhamdulillah kereta berangkat tepat pada waktunya. Hari itu saya pulang dari kantor lebih cepat 15 menit, disamping untuk menghindari macet, juga agar cukup waktu untuk mempersiapkan barang – barang yang akan saya bawa pulang, karena saya belum sempat mempersiapkannya pada pagi hari atau malam sebelumnya. Dari kost saya berangkat ke stasiun sekitar pukul 19.00 WIB, dengan diiringi hujan rintik – rintik.

Dalam perjalanan kereta api lancar – lancar saja, namun ada sesuatu yang membuat saya sedikit kecewa, karena seharusnya hal tersebut tidak terjadi untuk kereta kelas eksekutif. Ketika saya pergi ke toilet, ternyata kunci pintunya macet, dan tidak bisa dikunci dengan baik. Kemudian saya melihat dua ekor (anak) kecoa berjalan – jalan di bawah tempat duduk. Kita tahu bahwa hewan tersebut identik dengan tempat kotor, karena habitat mereka memang di tempat – tempat yang kotor. Dengan kehadiran hewan tersebut saya beranggapan bahwa kebersihan gerbong kereta tersebut masih kurang kalau tidak mau dibilang kotor. Sekali lagi hal tersebut seharusnya tidak terjadi untuk kereta kelas ekesekutif. Jika kereta kelas eksekutif saja pelayanan dan kebersihannya seperti itu, bagaimana untuk kereta kelas bisnis, atau bahkan kereta ekonomi. Jujur saja, saya belum pernah naik kereta kelas ekonomi, kalau kelas bisnis lumayan sering. Jika saya lihat -kereta kelas ekonomi ketika berhenti di stasiun- bayangan saya adalah berdesak – desakan, panas, kotor, pokoknya tidak nyaman. Meskipun demikian masih banyak peminat jasa angkutan kereta api karena tarifnya yang relatif lebih murah, -padahal sekarang tarif pesawat sudah ada yang lebih murah dari kereta api- dan mungkin lebih me-rakyat. Seharusnya itu tanggung jawab PT. KAI sebagai operator dan pemerintah sebagai regulator untuk memperbaiki pelayanan terhadap para penumpang. Apalagi beberapa hari yang lalu terjadi tabrakan kereta api (lagi) antara kereta api Sembrani dengan Kertajaya di dekat stasiun Gubug, Grobogan, Jawa Tengah. Meskipun penyebab kecelakaan sampai sekarang belum diketahui secara pasti -apakah kesalahan teknis, atau human error- itu juga menjadi PR bagi kedua insitusi tersebut. Mereka seharusnya belajar dari peristiwa – peristiwa sebelumnya, agar kecelakaan serupa -yang dapat merenggut korban jiwa- tidak terulang dikemudian hari.

Karena hari Senin tanggal 17 April 2006 saya harus masuk kerja kembali, saya kembali ke Bandung dengan naik kereta yang sama pada hari Minggu tanggal 16 April 2006. Kereta seharusnya berangkat menuju Bandung pukul 21.52 WIB, tetapi kereta baru berangkat pukul 23.30 WIB. Keterlambatan ini mungkin disebabkan belum pulihnya jalur kereta pantura karena kecelakaan yang terjadi sebelumnya. Ternyata (gerbong) kereta yang saya naiki ketika akan kembali ke Bandung sama dengan (gerbong) kereta yang saya naiki ketika saya pulang. Kejadian seperti yang saya ceritakan di atas terjadi kembali, hu hu hu… betapa menyedihkannya.

Ada beberapa peristiwa yang terjadi selama perjalanan kembali ke Bandung. Ketika menunggu kereta api Harina -ini adalah nama kereta yang saya tumpangi- di stasiun Pekalongan, ada rombongan orang yang berbadan tegap dengan potongan rambut cepak -jumlahnya lebih dari 10 orang- turun dari kereta Kamandanu, kereta eksekutif jurusan Semarang – Jakarta. Jika dilihat dari ciri – ciri fisiknya dapat dipastikan mereka adalah tentara. Tak lama kemudian turun pula beberapa aparat keamanan kereta api. Mereka berkumpul di depan ruang kendali stasiun dan sepertinya sedang melakukan negosiasi. Saya tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi karena saya hanya mengamati mereka dari kejauhan. Kereta Kamandanu pun akhirnya menunggu mereka selesai bernegosiasi. Namun ada salah seorang penumpang kereta Kamandanu yang turun dan meminta kepada kondektur kereta agar segera menjalankan keretanya jika memang jadwal kereta seharusnya sudah berangkat. Benar juga kata penumpang tersebut, masak demi segelintir orang tersebut harus mengorbankan banyak orang.

Setelah kereta Kamandanu berangkat, saya masih penasaran ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Ketika saya mendekati salah seorang petugas stasiun untuk menanyakan peristiwa tersebut, petugas tersebut malah pergi, hu hu hu… Kalau dilihat dari cara mereka bernegosiasi, sepertinya rombongan orang yang berbadan tegap dan berambut cepak tersebut adalah penumpang tanpa tiket. Saya melihat mereka mengeluarkan uang bersama – sama, namun akhirnya mereka tidak jadi meneruskan perjalanan menggunakan kereta Kamandanu. Aduh mas – mas, jangan mentang – mentang Anda tentara lalu naik kereta tanpa tiket seenaknya, apalagi naik kereta eksekutif. Inget mas, masih banyak saudara – saudara kita yang naik kereta bisnis pun tidak mampu. Anda sebagai pelindung negara seharusnya memberi contoh yang baik.

Ketika di atas kereta saya kembali menyaksikan peristiwa lainnya. Waktu itu menunjukkan pukul 03.40 WIB. Seharusnya kereta sudah tiba di stasiun Bandung, namun karena keterlambatan keberangkatan kereta pun terlambat tiba di stasiun Bandung. Karena sebentar lagi azan subuh akan berkumandang, saya segera bangun menuju gerbong restorasi untuk memesan nasi goring dan teh manis. Saat saya akan memesan nasi goreng dan teh manis tersebut, di dalam gerbong restorasi terdapat dua orang penumpang yaitu, laki – laki (kakak) dan perempuan (adik) yang sedang marah – marah (kakak) kepada kondektur kereta. Waktu itu kereta sedang berada di stasiun Cikampek. Sang kakak marah – marah karena si adik yang seharusnya turun di Cirebon -sang kakak turun di stasiun Bandung- tidak dibangunkan oleh petugas kereta api untuk turun di stasiun Cirebon. Sang kakak minta kepada kondektur kereta bagaimana caranya agar si adik dapat kembali ke Cirebon tanpa harus membayar lagi. Perdebatan berlangsung cukup sengit, karena kedua belah pihak saling ngotot. Untung saja tidak sampai terjadi adu otot. Saya tidak tahu pasti bagaimana kesepakatan mereka bersama karena saat itu saya sedang menunggu makanan pesanan saya.

Memang biasanya jika ada penumpang yang akan turun bukan di stasiun pemberhentian terakhir, ada petugas yang membangunkan penumpang yang tidur -maklum perjalanan malam hari- jika sudah mendekati stasiun tempat dimana penumpang tersebut akan turun. Bagaimana pun, dalam hal ini petugas dalam posisi yang salah karena mereka harus memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya kepada penumpang. Mungkin ini bias menjadi bahan pembelajaran bagi para petugas kereta api agar memberikan pelayanan yang sebaik mungkin.

Alhamdulillah kereta tiba di stasiun Bandung pukul 05.30 WIB dengan selamat. Jadwal tersebut terlambat 2 jam dari jadwal seharusnya. Bagaimana ini PT. KAI, katanya mau meningkatkan mutu pelayanan kepada penumpang, koq jadwalnya masih suka molor. Kapan ya, jadwal kereta api bisa selalu tepat waktu? Mungkin ini sudah budaya orang Indonesia yang terkenal -bahkan sampai ke luar negeri- dengan jam karetnya. Meskipun terlambat tetapi masih cukup waktu untuk masuk ke kantor tepat waktu meskipun dengan mata agak sedikit ngantuk.

-sekian-

Ps: maaf, kalau ceritanya terlalu panjang.


Labels:

Monday, April 03, 2006

A Beautiful Day

Long weekend pekan kemarin banyak digunakan oleh sebagian besar orang untuk pulang ke rumah -berkumpul bersama keluarga- atau berlibur ke tempat rekreasi. Liburnya memang cukup lama yaitu empat hari. Hal ini terjadi sebagai akibat dari kebijakan pemerintah yang menetapkan pada hari Jumat tanggal 31 Maret 2006 sebagai hari cuti bersama. Dengan kebijakan pemerintah tersebut, sebagian besar kantor, sekolah, maupun perguruan tinggi diliburkan.

Sebenarnya saya juga berencana untuk pulang ke rumah pada liburan pekan kemarin. Namun akhirnya rencana tersebut saya tunda setidaknya untuk dua pekan ke depan meskipun saya harus memendam perasaan kangen saya terhadap orang tua dan saudara – saudara saya di rumah. Selain itu saya juga ingin melihat keponakan pertama saya yang baru lahir tanggal 23 Maret 2006 kemarin.

Ada bisikan yang mengatakan bahwa saya sebaiknya tetap tinggal di Bandung saja. Mungkin juga ini sudah rencana Allah yang maha mengetahui. Dengan saya menunda rencana untuk pulang ke rumah tersebut, ternyata ada beberapa kejadian yang tak terduga terjadi selama saya tetap tinggal di Bandung akhir pekan kemarin.

Pertama, saya bisa sholat Jumat di masjid Salman ITB (lagi). Sudah lama saya tidak sholat Jumat di masjid Salman ITB. Sudah hampir enam bulan sejak saya bekerja, saya tidak pernah sholat Jumat di Masjid Salman ITB mengingat lokasi tempat saya bekerja jaraknya cukup jauh dengan masjid Salman ITB. Selalu ada yang istimewa jika sholat Jumat di masjid Salman ITB. Selain isi khotbah Jumat-nya yang bagus, sehingga setelah selesai sholat Jumat saya selalu mendapatkan ilmu baru, saya juga menyukai suasana di sana seperti adanya pasar kaget.

Pasar kaget di sekitar lingkungan masjid Salman ITB berlangsung hanya pada hari Jumat saja sama seperti pasar kaget di sekitar lapangan gazibu yang berlangsung setiap hari Minggu. Pasar kaget tersebut selalu ramai dipenuhi oleh para pengunjung terutama jamaah sholat Jumat. Tidak lupa pula setelah selesai sholat Jumat di masjid Salman ITB kemarin, saya membeli beberapa barang di sana karena harga barangnya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan harga di toko.

Kedua, saya dapat bertemu (lagi) dengan orang – orang istimewa -setidaknya menurut saya pribadi- yang sudah lama tidak bertemu sejak saya meninggalkan kampus ITB tecinta. Sungguh peristiwa yang tak terduga saya bisa bertemu dengan orang – orang tersebut. Namun demikian saya tetap bersyukur kepada Allah karena saya masih dipertemukan lagi dengan mereka. Dari beberapa teman yang saya temui, satu diantaranya memberikan kesan tersendiri bagi saya. Meskipun pertemuan tersebut berlangsung cukup singkat namun memberikan kesan yang begitu mendalam bagi saya. Belum banyak yang berubah dari dirinya seperti senyumnya yang manis dan wajahnya yang teduh ketika dipandang.

Peristiwa hari Jumat, 31 Maret 2006, kemarin benar – benar luar biasa. Ada semacam tambahan “energi” dalam diri saya. Setiap sel – sel dalam tubuh ini bagaikan telah diganti dengan sel –sel yang baru menggantikan sel – sel yang lama. Seperti tanaman yang sudah layu namun segar kembali setelah mendapatkan siraman air. Ada semangat baru untuk menghadapi hari esok. Semoga semangat ini tidak lekas meredup. Rencana Allah memang yang terbaik untuk kita semua. Wallahu A’lam.

Labels:


 

Sejak 13 Februari 2006, Anda pengunjung ke: